Banjir Rob di Kotabaru Berdampak pada Petani Tambak, Kerugian Capai Puluhan Juta

HayKalsel, Kotabaru – Fenomena banjir rob yang melanda Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, tidak hanya berdampak pada pertanian padi, tetapi juga menghantam sektor perikanan tambak. Di Desa Sungai Limau, Kecamatan Pulau Laut Timur, puluhan hektar tambak milik warga terdampak akibat kenaikan permukaan air laut sejak Desember 2024 hingga Januari 2025.

Jali Rahman, seorang petani tambak di wilayah tersebut, mengungkapkan bahwa air laut yang meluap ke tambak menyebabkan hasil budidaya seperti ikan bandeng, udang, dan kepiting keluar dari tambak dan tidak bisa dibendung. Hal ini memaksa para petani untuk memanen lebih awal meskipun hasilnya belum optimal.

“Jadi banyak yang terpaksa dipanen, padahal bandengan belum besar dan pasti merugi,” ujar Jali, pemilik tambak seluas tiga hektar, Selasa (7/1/2025).

Kerugian yang dialami petani tambak bervariasi, mulai dari puluhan juta rupiah hingga tidak mendapatkan hasil sama sekali. Beberapa petani hanya mampu balik modal untuk biaya bibit, tanpa keuntungan yang cukup untuk menopang aktivitas budidaya di tahun berikutnya.

Desa Sungai Limau, sebagai salah satu kawasan pesisir di Bumi Saijaan, merupakan sentra budidaya tambak yang menjadi mata pencaharian utama bagi banyak warga. Fenomena banjir rob yang melanda dalam dua bulan terakhir ini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan usaha tambak di wilayah tersebut.

Dengan kondisi ini, para petani tambak berharap ada perhatian dari pihak berwenang untuk memberikan solusi, seperti peninggian tanggul atau upaya lain untuk mencegah limpasan air laut ke tambak. Dukungan ini dinilai penting agar sektor perikanan tambak di Desa Sungai Limau dapat bangkit dari kerugian dan terus berkontribusi pada ekonomi lokal.

Leave a comment