Lisa Halaby Ukir Sejarah, Jadi Wali Kota Perempuan Pertama Banjarbaru

HayKalsel, Banjarbaru – Untuk pertama kalinya sejak Kota Banjarbaru berdiri pada tahun 1966, seorang perempuan kini bersiap menempati kursi tertinggi pemerintahan kota. Erna Lisa Halaby, nama yang kini ramai diperbincangkan publik, mencatat sejarah sebagai calon wali kota perempuan pertama yang memenangkan kontestasi Pilkada Banjarbaru.

Kemenangan Lisa dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) yang digelar Sabtu (19/4/2025), menjadi titik balik penting dalam perpolitikan Banjarbaru. Berdasarkan hasil real count internal dari Team Dozer, tim pemenangan Lisa, data dari 397 Tempat Pemungutan Suara (TPS) telah terkumpul seluruhnya. Hasilnya, Lisa Halaby meraih 50,77% dari total 111.077 suara sah, mengungguli kotak kosong yang memperoleh 46,01%. Sementara 3,22% suara dinyatakan tidak sah.

Kemenangan Lisa cukup menarik secara geografis. Di wilayah pinggiran seperti Kecamatan Cempaka, Landasan Ulin, dan Liang Anggang, ia tampil dominan. Lisa meraih 60,26% di Cempaka, 52,84% di Landasan Ulin, dan 56,82% di Liang Anggang. Namun, di pusat kota seperti Banjarbaru Selatan dan Banjarbaru Utara, perolehan suaranya tertinggal. Ia hanya memperoleh 42,93% di Banjarbaru Selatan dan 43,46% di Banjarbaru Utara.

Meski menang tipis, capaian ini bukan sekadar angka. Ini adalah simbol kuat dari perubahan zaman. Dalam sambutannya usai deklarasi kemenangan di kediamannya di Kelurahan Sungai Besar, Lisa menyampaikan terima kasih kepada warga Banjarbaru yang telah berpartisipasi dalam PSU, serta menyatakan komitmennya untuk memimpin secara inklusif dan berpihak kepada rakyat.

“Kemenangan ini adalah milik masyarakat Banjarbaru. Saatnya kita menata lembaran baru yang lebih adil dan setara. Saya akan memastikan suara rakyat benar-benar hadir dalam setiap kebijakan publik,” ucapnya di hadapan para relawan dan pendukung.

Tonggak Sejarah Baru Perempuan Banjarbaru

Sejak berdiri sebagai kota administratif dan menjadi daerah otonom, Banjarbaru selalu dipimpin oleh laki-laki. Dari Baharuddin (1966–1970), Abd Gaffar Hanafiah, Abdul Moeis, hingga nama-nama seperti Rudy Resnawan, Ruzaidin Noor, Nadjmi Adhani, hingga Aditya Mufti Ariffin, belum ada satu pun pemimpin perempuan yang menembus dominasi tersebut. Lisa Halaby kini mematahkan tradisi itu dan membuka jalan bagi keterwakilan gender yang lebih seimbang di level kepemimpinan daerah.

Kemenangan ini bukan hanya soal siapa yang duduk di kursi wali kota, tetapi juga menjadi simbol dari bergesernya kultur politik lokal menuju arah yang lebih terbuka dan progresif terhadap perempuan dalam kepemimpinan.

Siapa Lisa Halaby?

Lahir dan besar di Banjarbaru, Lisa Halaby bukan nama asing dalam birokrasi dan aktivisme sosial Kalimantan Selatan. Ia dikenal sebagai birokrat muda yang cerdas, memiliki latar belakang pendidikan di bidang administrasi publik, serta pengalaman panjang di pemerintahan daerah.

Lisa juga aktif dalam berbagai program pemberdayaan perempuan, penguatan layanan publik, dan inisiatif pembangunan berkelanjutan. Dalam kontestasi Pilkada, ia tampil dengan narasi kampanye yang kuat: transparansi anggaran, penguatan UMKM, kesetaraan akses pendidikan dan kesehatan, serta keberpihakan pada kelompok rentan.

Gaya kepemimpinannya yang tegas namun merangkul, menjadikan Lisa sosok yang disambut hangat terutama oleh generasi muda dan kelompok perempuan di Banjarbaru.

Masa Depan Banjarbaru di Tangan Perempuan

Kini, semua mata tertuju pada langkah awal Lisa Halaby sebagai wali kota terpilih. Warga berharap kepemimpinannya mampu membawa Banjarbaru melangkah lebih jauh—sebagai kota yang modern, adaptif, dan menjadi magnet baru pertumbuhan di Kalimantan Selatan.

Dengan tonggak sejarah baru ini, Lisa Halaby tak hanya mencetak rekor, namun juga membuka lembaran baru dalam sejarah Banjarbaru: bahwa kepemimpinan bukan tentang gender, tapi tentang visi, kerja nyata, dan keberanian untuk membawa perubahan.

Leave a comment